Untuk ayahku tercinta di atas sana,
Ayah aku
rindu dengan ayah. Sudah lama aku tidak mendengar alunan suaramu dan senyum
indahmu. Aku ingat sekali dulu sewaktu ada ayah di sini setiap minggu, aku,
ayah, dan bunda selalu pergi piknik di pinggir danau. Udaranya segar,
burung-burung bernyanyi-nyanyi, bunga-bunga riang menampakkan kelopaknya, air
di danau pun sejernih berlian sampai ikan-ikan mungil yang ada di dalamnya tak
segan
menari-nari di depan kita. Namun sekarang, tidakkah ayah melihat dari
atas sana, danau tempat kita piknik berubah menjadi pemakaman ikan-ikan mungil
itu. Semua orang membuang sampah di danau yang menyebabkan danau jadi bau,
keruh, dan penuh dengan sampah. Aku sedih melihat ini semua ayah, sekarang
tidak ada lagi burung-burung yang bernyanyi, tidak ada lagi bunga-bunga cantik.
Teman kita
si bumipun, sekarang sering bercerita padaku sambil menangis. Tahukah ayah
mengapa? Karena dia sakit. Tubuh bumi sudah tua. Tidak ada yang mengasihinya.
Semua orang mencampakkan bumi. Semua orang jahat pada bumi, semua membuang
sampah di mulut bumi sehingga menyebabkan bumi muntah-muntah. Semua membabat
habis rambut hijau bumi sehingga menyebabkan kulit bumi mengelupas. Sekarang
kulit bumi menipis, dia sulit untuk bernafas, badannyapun selalu panas. Dan
yang lebih parah lagi, bumi sering terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah merah
yang panas. Dia sering kejang-kejang dan merepotkan semua yang ada di
sekelilingnya. Kalau sudah begini siapayang repot? Tentulah kita semua. Aku
sedih melihat dia sakit-sakitan seperti ini.
Aku dan
bunda setiap hari berdoa pada tuhan agar bumi cepat sembuh. Aku dan bunda
selalu berupaya untuk mengobati bumi. Aku menenanami rambut yang baru untuknya,
aku tidak membuang sampah ke mulutnya. Namun mengapa banyak sekali orang yang
tidak peduli pada bumi seperti kita yah? Padahal bumi selalu membantu banyak
orang. Bumi tidak pernah merugikan mereka semua. Bumi tidak pernah meminta
balas budi. Aku tahu bumi hanya ingin ia di sayang oleh semua orang. Aku dan
bunda telah mengajak semua orang untuk membantu bumi tapi apa hasilnya? Mereka
tidak menggubris kami sama sekali. Perbuatan mereka malah menjadi-jadi.
Ayah bantu
aku untuk menyadarkan semua orang seberapa pentingnya bumi untuk kita. Semua
orang tidak menyadari bahwa apa yang mereka perbuat telah menyakiti bumi. Aku
takut bumi semakin parah dan tuhan akan mengambilnya lalu bagaimana nasib kita
di sini tanpa bumi? Aku takut dan sedih ayah.
Aku tidak
pernah melihat bumi ceria lagi, tidak ada senyum cerahnya di pagi hari, tidak
ada tawa hangatnya saat siang hari serta matanya yang bercahaya di malam hari.
Hari-harinya diisi kemurungan yang setiap hari semakin menjadi-jadi. Wajahnya
gelap selalu diliputi oleh mendung. Wajahnya yang indah dan menyejukkan mata,
sekarang diganti dengan kulit keriput dan tubuhnya yang sangat panas.
Maukah ayah
membantuku menyampaikan apa yang ku minta pada tuhan? Ayah tolong sampaikan
pada tuhan bahwa bumi membutuhkan pertolongannya. Tolong juga sampaikan pada
tuhan kirimkan dokter yang hebat untuk menyembuhkan bumi. Aku tidak ingin
melihat bumi berlama-lama seperti ini. Aku sangat sedih ayah. Disini aku dan
bunda juga berusaha untuk membantu bumi pulih dan sehat seperti dulu saat ada
ayah di sini.
Aku
berharap ayah selalu bahagia di atas sana.
Dari anakmu tercinta,
Nindyaruspita Dewy
XI IPA 1/20
0 komentar:
Posting Komentar