RUNTUHNYA MASA KEPEMIMPINAN ORDE BARU
Nama
Kelompok kelas X-1 :
· Alvan Noris (04)
· Ginanjar Banu Aji (13)
· Nayli Husna Dewi (23)
· Nindyaruspita Dewy (24)
Madrasah Aliyah Negeri
2010/2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur kehadiran Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”RUNTUHNYA MASA KEPEMIMPINAN
ORDE BARU INI” ini dengan baik.
Adapun
tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran SEJARAaH .
Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini.
Kami
menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini,
maka kami selaku penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun
untuk penyempurnaan makalah ini. Kami akan terima dan sambut dengan
kerendahan hati. Atas saran dan kritiknya kami sampaikan terima kasih.
Sidoarjo, 27
Agustus 2010
Hormat Kami,
Penyusun
I
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………..… I
Daftar
Isi………………………………………………………….. ……..……….II
A. Lahirnya Orde Baru…………………………………………………....1-2
B. Berbagai Peristiwa Penting di bidang Politik pada Masa
Orde Baru................................................................................2-5
C. Kelebihan sistem
Pemerintahan Orde Baru................................5
D. Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru..........................5
E. Kebijakan
Ekonomi pada Masa Orde Baru...............................6-7
F. Runtuhnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi.....................7-8
G.. Konflik Perpecahan Pasca Orde Baru........................................8-9
Daftar Pustaka ……………………………………………..….………………… III
II
A. Lahirnya Orde Baru
Orde
baru
adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru
menggantikan Orde Lama
yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir
dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh
Soekarno pada masa Orde Lama.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966
hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat
meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi
yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya
dan miskin juga semakin melebar.
Sejak gerakan PKI berhasil ditumpas, Presiden
Soekarno belum bertindak tegas terhadap G 30 S/PKI. Hal ini menimbulkan
ketidaksabaran di kalangan mahasiswa dan masyarakat. Pada tanggal 26 Oktober
1965 berbagai kesatuan aksi seperti KAMI, KAPI, KAGI, KASI, dan lainnya
mengadakan demonsrasi. Mereka membulatkan barisan dalam Front Pancasila. Dalam
kondisi ekonomi yang parah, para demonstran menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat
(Tritura). Pada tanggal 10 Januari 1966 para demonstran mendatangi DPR-GR dan
mengajukan Tritura yang isinya:
1. pembubaran PKI,
2. pembubaran kabinet dari unsur-unsur G 30 S/PKI, dan
3. penurunan harga.
1. pembubaran PKI,
2. pembubaran kabinet dari unsur-unsur G 30 S/PKI, dan
3. penurunan harga.
Menghadapi aksi mahasiswa, Presiden Soekarno
menyerukan pembentukan Barisan Soekarno kepada para pendukungnya. Pada tanggal
23 Februari 1966 kembali terjadi demonstrasi. Dalam demonsrasi tersebut, gugur
seorang mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim. Oleh para demonstran Arif
dijadikan Pahlawan Ampera. Ketika terjadi demonsrasi, presiden merombak kabinet
Dwikora menjadi kabinet Dwikora yang Disempurnakan. Oleh mahasiswa susunan
kabinet yang baru ditentang karena banyak pendukung G 30 S/PKI yang duduk dalam
kabinet, sehingga mahasiswa memberi nama kabinet Gestapu. Saat berpidato di
depan sidang kabinet tanggal 11 Maret 1966, presiden diberitahu oleh Brigjen
Subur. Isinya bahwa di luar istana terdapat pasukan tak dikenal. Presiden
Soekarno merasa khawatir dan segera meninggalkan sidang. Presiden bersama Dr.
Soebandrio dan Dr. Chaerul Saleh menuju Istana Bogor. Tiga perwira tinggi TNI
AD yaitu Mayjen Basuki Rahmat, Brigjen M. Yusuf, dan Brigjen Amir Mahmud
menyusul presiden ke Istana Bogor. Tujuannya agar Presiden Soekarno tidak
merasa terpencil. Selain itu supaya yakin bahwa TNI AD bersedia mengatasi
keadaan asal diberi kepercayaan penuh. Oleh karena itu presiden memberi mandat
kepada Letjen Soeharto untuk memulihkan keadaan dan kewibawaan pemerintah.
Mandat itu dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Keluarnya
Supersemar dianggap sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.
1
Supersemar pada intinya berisi perintah kepada
Letjen Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya
keamanan dan kestabilan jalannya pemerintahan. Selain itu untuk menjamin
keselamatan presiden. Bagi bangsa Indonesia Supersemar memiliki arti penting
berikut.
1. Menjadi
tonggak lahirnya Orde Baru.
2.
Dengan Supersemar, Letjen Soeharto mengambil beberapa tindakan untuk menjamin
kestabilan jalannya pemerintahan dan revolusi Indonesia.
3.
Lahirnya Supersemar menjadi awal penataan kehidupan sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945. Kedudukan Supersemar secara hukum semakin kuat setelah dilegalkan
melalui Ketetapan MPRS No. IX/ MPRS/1966 tanggal 21 Juni 1966. Sebagai
pengemban dan pemegang Supersemar, Letnan Jenderal Soeharto mengambil beberapa
langkah strategis berikut.
1. Pada
tanggal 12 Maret 1966 menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang dan membubarkan
PKI termasuk ormas-ormasnya.
2. Pada
tanggal 18 Maret 1966 menahan 15 orang menteri yang diduga terlibat dalam G 30
S/PKI.
3.
Membersihkan MPRS dan DPR serta lembaga-lembaga negara lainnya dari pengaruh
PKI dan unsur-unsur komunis.
B. Berbagai Peristiwa Penting di Bidang Politik pada Masa Orde Baru
Dalam melaksanakan langkah-langkah politiknya, Letjen
Soeharto berlandaskan pada Supersemar. Agar dikemudian tidak menimbulkan
masalah, maka Supersemar perlu diberi landasan hukum. Oleh karena itu pada
tanggal 20 Juni 1966 MPRS mengadakan sidang umum. Berikut ini ketetapan MPRS
hasil sidang umum tersebut.
1.
Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966, tentang Pengesahan dan Pengukuhan Supersemar.
2.
Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966, tentang Pemilihan Umum yang dilaksanakan
selambat-lambatnya tanggal 5 Juli 1968.
3.
Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966, tentang penegasan kembali Landasan
Kebijaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
4. Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, tentang
Pembentukan Kabinet Ampera.
5. Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966, tentang
Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), dan menyatakan PKI sebagai
organisasi terlarang di seluruh wilayah Indonesia.
2
Dalam
sidang ini, MPRS juga menolak pidato pertanggungjawaban Presiden Soekarno yang
berjudul “Nawaksara” (sembilan pasal), sebab pidato pertanggungjawaban Presiden
Soekarno tidak menyinggung masalah PKI atau peristiwa yang terjadi pada tanggal
30 September 1965. Selanjutnya MPRS melaksanakan Sidang Istimewa tanggal 7 – 12
Maret 1967. Dalam Sidang Istimewa ini MPRS menghasilkan empat Ketetapan penting
berikut.
1. Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang
pencabutan kekuasaan dari Presiden Soekarno dan mengangkat Jenderal Soeharto
sebagai Pejabat Presiden sampai dipilihnya presiden oleh MPRS hasil Pemilu.
2.
Ketetapan MPRS No. XXXIV/MPRS/1967 tentang peninjauan kembali Ketetapan MPRS
No. I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
3.
Ketetapan MPRS No. XXXV/MPRS/1967 tentang pencabutan Ketetapan MPRS No. XVII/MPRS/1966 tentang
Pemimpin Besar Revolusi.
4. Ketetapan MPRS No. XXXVI/MPRS/1967 tentang
pencabutan Ketetapan MPRS No. XXVI/MPRS/1966 tentang pembentukan panitia
penelitian ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Berdasarkan
Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 maka dibentuk Kabinet Ampera pada tanggal
25 Juli 1966. Pembentukan Kabinet Ampera merupakan upaya mewujudkan Tritura
yang ketiga, yaitu perbaikan ekonomi. Tugas pokok Kabinet Ampera disebut Dwi
Dharma yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilitas ekonomi. Program kerjanya disebut Catur
Karya, yang isinya antara lain:
1.
memperbaiki kehidupan rakyat terutama sandang dan pangan,
2.
melaksanakan Pemilu,
3.
melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan nasional
4.
melanjutkan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk
dan manifestasinya.
Dengan dilantiknya
Jenderal Soeharto sebagai presiden yang kedua (1967-1998), Indonesia memasuki
masa Orde Baru. Selama pemerintahan Orde Baru, stabilitas politik nasional
dapat terjaga. Lamanya pemerintahan Presiden Soeharto disebabkan oleh beberapa
faktor berikut.
1. Presiden Soeharto mampu
menjalin kerja sama dengan golongan militer dan cendekiawan.
2. Adanya
kebijaksanaan pemerintah untuk memenangkan Golongan Karya (Golkar) dalam setiap
pemilu.
3. Adanya penataran P4
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) sebagai gerakan budaya yang
ditujukan untuk membentuk manusia Pancasila, yang kemudian dikuatkan dengan
ketetapan MPR No II/MPR/1978.
Untuk mewujudkan kehidupan rakyat yang demokratis, maka
diselenggarakan pemilihan umum.
3
Pemilu pertama pada masa pemerintahan Orde Baru dilaksanakan
tahun 1971, dan diikuti oleh sembilan partai politik dan satu Golongan karya.
Sembilan partai peserta pemilu tahun 1971 tersebut adalah Ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Murba, Nahdlatul Ulama (NU), Partai Islam
Persatuan Tarbiyah Islam (PI Perti), Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia
(Parkindo), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Nasional Indonesia
(PNI), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Organisasi
golongan karya yang dapat ikut serta dalam pemilu adalah Sekretariat Bersama
Golongan Karya (Sekber Golkar). Sejak pemilu tahun 1971 sampai tahun 1997,
kemenangan dalam pemilu selalu diraih oleh Golkar. Hal ini disebabkan Golongan
Karya mendapat dukungan dari kaum cendekiawan dan ABRI.
Untuk memperkuat kedudukan Golkar sebagai motor penggerak
Orde Baru dan untuk melanggengkan kekuasaan maka pada tahun 1973 diadakan fusi
partai-partai politik. Fusi partai dilaksanakan dalam dua tahap berikut.
1.
Tanggal 5 Januari 1963 kelompok NU, Parmusi, PSII, dan Perti menggabungkan diri
menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
2.
Tanggal 10 Januari 1963, kelompok Partai Katolik, Perkindo, PNI, dan IPKI
menggabungkan diri menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Di samping membina stabilitas politik dalam negeri,
pemerintah Orde Baru juga mengadakan perubahan-perubahan dalam politik luar
negeri. Berikut ini upayaupaya pembaruan dalam politik luar negeri.
1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB
Pada
tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota PBB. Sebelumnya
pada masa Demokrasi Terpimpin Indonesia pernah keluar dari PBB sebab Malaysia
diterima menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Keaktifan Indonesia
dalam PBB ditunjukkan ketika Menteri Luar Negeri Adam Malik terpilih menjadi
ketua Majelis Sidang Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974.
2. Membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC)
Sikap
politik Indonesia yang membekukan hubungan diplomatik dengan RRC disebabkan
pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu PKI dalam melaksanakan kudeta tersebut. RRC
dianggap terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.
3. Normalisasi
hubungan dengan Malaysia
Pada
tanggal 11 Agustus 1966, Indonesia melaksanakan persetujuan normalisasi
hubungan dengan Malaysia yang pernah putus sejak tanggal 17 September 1963. Persetujuan
normalisasi ini merupakan hasil Persetujuan Bangkok tanggal 29 Mei sampai
tanggal 1 Juni 1966.
Dalam
pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Adam
Malik, sementara Malaysia dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar
Negeri Tun Abdul Razak. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan yang disebut
Persetujuan Bangkok (Bangkok Agreement), isinya sebagai berikut.
a. Rakyat Sabah dan Serawak diberi kesempatan
untuk menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan
mereka dalam Federasi Malaysia.
b. Pemerintah kedua belah pihak menyetujui
pemulihan hubungan diplomatik.
4
c. Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak
akan dihentikan.
4. Berperan dalam
Pembentukan ASEAN
Peran aktif Indonesia juga ditunjukkan dengan menjadi
salah satu negara pelopor berdirinya ASEAN. Menteri Luar Negeri Indonesia Adam
Malik bersama menteri luar negeri/perdana menteri Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand menandatangi kesepakatan yang disebut Deklarasi Bangkok
pada tanggal 8 Agustus 1967. Deklarasi tersebut menjadi awal berdirinya
organisasi ASEAN.
C. Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru
·
Perkembangan
GDP per kapita Indonesia yang
pada tahun 1968 hanya AS$70
dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000
·
Sukses
transmigrasi
·
Sukses
KB
·
Sukses
memerangi buta huruf
·
Sukses
swasembada pangan
·
Pengangguran
minimum
·
Sukses
REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
·
Sukses
Gerakan Wajib Belajar
·
Sukses
Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
·
Sukses
keamanan dalam negeri
·
Investor
asing mau menanamkan modal di Indonesia
·
Sukses
menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
D. Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru
·
Semaraknya
korupsi, kolusi, nepotisme
·
Pembangunan
Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat
dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot
ke pusat
·
Munculnya
rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama
di Aceh dan Papua
·
Kecemburuan
antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan
pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
·
Bertambahnya
kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si
miskin)
·
Pelanggaran
HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa)
·
Kritik
dibungkam dan oposisi diharamkan
·
Kebebasan
pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel
·
Penggunaan
kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program
"Penembakan Misterius"
·
Tidak
ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)
·
Menurunnya
kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang, hal
ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang efektif negara
pasti hancur.
·
Menurunnya
kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang
memperhatikan kesejahteraan anak buah.
5
E. Kebijakan Ekonomi pada
Masa Orde Baru
Pada masa Orde Baru, Indonesia melaksanakan pembangunan
dalam berbagai aspek kehidupan. Tujuannya adalah terciptanya masyarakat adil
dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila.
Pelaksanaan pembangunan bertumpu pada Trilogi Pembangunan, yang isinya meliputi
hal-hal berikut.
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Pembangunan
nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Berdasarkan
Pola Dasar Pembangunan Nasional disusun Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang
yang meliputi kurun waktu 25-30 tahun. Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 25
tahun pertama dimulai tahun 1969 – 1994. Sasaran utama PJP I adalah
terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan tercapainya struktur ekonomi yang
seimbang antara industri dan pertanian. Selain jangka panjang juga berjangka
pendek. Setiap tahap berjangka waktu lima tahun. Tujuan pembangunan dalam
setiap pelita adalah pertanian, yaitu meningkatnya penghasilan produsen
pertanian sehingga mereka akan terangsang untuk membeli barang kebutuhan
sehari-hari yang dihasilkan oleh sektor industri. Sampai
tahun 1999, pelita di Indonesia sudah dilaksanakan sebanyak 6 kali. Untuk lebih
jelasnya lihat tabel 13.1.
Dalam membiayai pelaksanaan pembangunan, tentu
dibutuhkan dana yang besar. Di samping mengandalkan devisa dari ekspor
nonmigas, pemerintah juga mencari bantuan kredit luar negeri. Dalam hal ini,
badan keuangan internasional IMF berperan penting. Dengan adanya pembangunan
tersebut, perekonomian Indonesia mencapai kemajuan.
6
Meskipun demikian, laju pertumbuhan ekonomi yang
cukup besar hanya dinikmati para pengusaha besar yang dekat dengan penguasa.
Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan pemerataan dan landasan ekonomi yang
mantap sehingga ketika terjadi krisis ekonomi dunia sekitar tahun 1997,
Indonesia tidak mampu bertahan sebab ekonomi Indonesia dibangun dalam fondasi
yang rapuh. Bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi dan krisis moneter yang
cukup berat. Bantuan IMF ternyata tidak mampu membangkitkan perekonomian
nasional. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab runtuhnya
pemerintahan Orde Baru tahun 1998.
F. Runtuhnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi
1. Runtuhnya Orde Baru
Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru
adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi
Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia.
Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat
terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan
munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa.
Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.
Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada
saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-ninggalnya empat mahasiswa
Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan. Empat mahasiswa
tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan, dan Hafidhin
Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai
“Pahlawan Reformasi”. Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto
berjanji akan mereshuffle Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi.
Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU
Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU
Antikorupsi. Dalam perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk
karena 14 menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya
penolakan tersebut menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
Akhirnya
pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya
sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J.
Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru
dan dimulainya Orde Reformasi.
7
2. Kondisi Politik pada Masa Pemerintahan Habibie
Ketika Habibie mengganti Soeharto sebagai
presiden tanggal 21 Mei 1998, ada lima isu terbesar yang harus dihadapinya,
yaitu:
a. masa depan Reformasi;
b. masa depan ABRI;
c. masa depan daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Indonesia;
d. masa depan Soeharto, keluarganya, kekayaannya dan kroni-kroninya; serta
e. masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
a. masa depan Reformasi;
b. masa depan ABRI;
c. masa depan daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Indonesia;
d. masa depan Soeharto, keluarganya, kekayaannya dan kroni-kroninya; serta
e. masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Berikut ini beberapa kebijakan yang berhasil dikeluarkan
B.J. Habibie dalam rangka menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat.
a.
Kebijakan dalam bidang politik
Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket undang-undang masa Orde Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih demokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut.
1) UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.
2) UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
3) UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR.
Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket undang-undang masa Orde Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih demokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut.
1) UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.
2) UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
3) UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR.
b.
Kebijakan dalam bidang ekonomi
Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
c.
Kebebasan menyampaikan pendapat dan pers
Kebebasan menyampaikan pendapat dalam masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).
Kebebasan menyampaikan pendapat dalam masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).
d. Pelaksanaan Pemilu
Pada masa pemerintahan Habibie, berhasil diselenggarakan pemilu multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Keberhasilan lain masa pemerintahan Habibie adalah penyelesaian masalah Timor Timur. Usaha Fretilin yang memisahkan diri dari Indonesia mendapat respon. Pemerintah Habibie mengambil kebijakan untuk melakukan jajak pendapat di Timor Timur. Referendum tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 di bawah pengawasan UNAMET. Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur lepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste dengan presidennya yang pertama Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.
Pada masa pemerintahan Habibie, berhasil diselenggarakan pemilu multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Keberhasilan lain masa pemerintahan Habibie adalah penyelesaian masalah Timor Timur. Usaha Fretilin yang memisahkan diri dari Indonesia mendapat respon. Pemerintah Habibie mengambil kebijakan untuk melakukan jajak pendapat di Timor Timur. Referendum tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 di bawah pengawasan UNAMET. Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur lepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste dengan presidennya yang pertama Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.
G.. Konflik Perpecahan Pasca Orde Baru
Di masa Orde Baru
pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap hari media
massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan
"persatuan dan kesatuan bangsa". Salah satu cara yang dilakukan oleh
pemerintah adalah meningkatkan transmigrasi dari daerah
yang padat penduduknya seperti Jawa,
Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke
Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, dan Irian Jaya.
8
Namun dampak negatif
yang tidak diperhitungkan dari program ini adalah terjadinya marjinalisasi
terhadap penduduk setempat dan kecemburuan terhadap penduduk pendatang yang
banyak mendapatkan bantuan pemerintah. Muncul tuduhan bahwa program
transmigrasi sama dengan jawanisasi
yang sentimen anti-Jawa di berbagai daerah, meskipun tidak semua transmigran
itu orang Jawa.
Pada awal Era Reformasi
konflik laten ini meledak menjadi terbuka antara lain dalam bentuk konflik
Ambon dan konflik
Madura-Dayak di Kalimantan.[1]
Sementara itu gejolak di Papua
yang dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil dalam pembagian keuntungan
pengelolaan sumber alamnya, juga diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap para
transmigran.
9
DAFTAR PUSTAKA
Buku Pelajaran Sejarah
kelas 2 SMP
III
1 komentar:
Boleh tau ngga, cara ngerancang desain blog kayak gini di mana ya? lucu :)
Posting Komentar